Selasa, 18 Oktober 2016

Saya vs 'Per'siden



'Per'siden : "katanya kamu tidak suka meroko, benci perokok, ingin melenyapkan roko.
Lalu kenapa.. Sekarang.. malah menentang kenaikan harga rokok" (santai, bersandar di kursi)


Saya : "sebijak itukah keputusan bapak".


'Per'siden : "bijak itu perbuatan, bukan perkataan (santai).
Tak ada keputusan presiden yang bijak, semua keputusan hasil musyawarah, hasil demokrasi, suara terbanyak maka dialah pemenang, tak peduli benar atau salah, toh penentunya suara, bijak itu nomor sekian"


Saya : "sudahlah jangan ceramah lagi, omong kosong.
Sekarang begini.. Harga rokok naik tidak akan membuat orang berhenti merokok, mereka akan mencari cara bagaimana agar bisa membeli rokok walaupun dengan cara apapun, mereka benar-benar akan lupa tanggung jawab prioritas, tujuan mereka hanya satu yaitu bagaimana caranya bisa membeli rokok.
Apa dampak yang terjadi?
Kasus kriminal meningkat, kelaparan terutama pada anak-anak, presentase pengguna nafza drastis  meningkat.
Sedangkan pemerintah duduk santai diatas kursi hitam menikmati uang korupsi dari pajak roko yang melimpah, sedangkan hutang negara terus meningkat bukannya lunas, Bukan begitu pak?"

'Per'siden : "ha ha ha.. Sungguh luar biasa, cara pandang yang bagus, itu namanya cara pandang kritikus.. Kau misalnya.. Tapi sayang... Itu cara pandang bodoh.
Ingat nak (memegang pundak saya) cara pandang itu harus seimbang.
Teruslah benkomentar dan jangan lupa belajar"




Ilustrasi pagi
By.saya
Disqus Comments